Gubernur Jamu Tim Perdamaian Aceh
MAKASSAR,FAJAR -- Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, menjamu tim perdamaian Aceh, di Rumah Makan Bahari, Makassar, Kamis (16/5). Tim perdamaian Aceh tersebut difasilitasi Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementrian Dalam Negeri, Tanribali Lamo.
"Pertemuan di tempat ini sangat tepat. Sulsel, Makassar adalah tempat membangun kebersamaan disertai semangat," kata Syahrul.
Ia mengatakan, di Makassar, ada beberapa persoalan yang telah berhasil diselesaikan. Di antaranya, konflik di Ambon dan di Poso.
"Ini bukan yang pertama kalinya dilakukan di Makassar," ujarnya.
Menurutnya, Aceh dan Sulsel memiliki hubungan historis yang panjang. Raja terakhir Aceh merupakan suku Bugis Makassar. Karenanya, hubungan historis dan emosional antara masyarakat Aceh dan Sulsel sangat erat.
"Waktu tsunami, Aceh diterpa masalah kemanusiaan yang sangat besar. Kami seribu orang kesana dan saya pimpin langsung berada di Aceh. Kami membawa mahasiswa kedokteran 30 orang agar tidak putus kuliahnya dan kita biayai disini. Jadi, ini bukan yang pertama kami melakukan kontak dan komunikasi untuk mendukung Aceh tetap menjadi Indonesia," terangnya.
Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) itu mengaku, ingin melihat Aceh menjadi sebuah kehidupan dalam negara Indonesia yang makin baik. Ia pun yakin, perbedaan pendapat yang terjadi di Aceh bisa terselesaikan dengan baik. Apalagi, yang berunding adalah sesama saudara dan dilakukan di Makassar.
"Tidak ada yang didamaikan disini, yang ada adalah mencari solusi. Biasa berbeda pendapat kemudian kita bersama-sama mencari solusi," jelasnya.
sumber : fajar.com
diposkan oleh cici fakhrunnisa
"Pertemuan di tempat ini sangat tepat. Sulsel, Makassar adalah tempat membangun kebersamaan disertai semangat," kata Syahrul.
Ia mengatakan, di Makassar, ada beberapa persoalan yang telah berhasil diselesaikan. Di antaranya, konflik di Ambon dan di Poso.
"Ini bukan yang pertama kalinya dilakukan di Makassar," ujarnya.
Menurutnya, Aceh dan Sulsel memiliki hubungan historis yang panjang. Raja terakhir Aceh merupakan suku Bugis Makassar. Karenanya, hubungan historis dan emosional antara masyarakat Aceh dan Sulsel sangat erat.
"Waktu tsunami, Aceh diterpa masalah kemanusiaan yang sangat besar. Kami seribu orang kesana dan saya pimpin langsung berada di Aceh. Kami membawa mahasiswa kedokteran 30 orang agar tidak putus kuliahnya dan kita biayai disini. Jadi, ini bukan yang pertama kami melakukan kontak dan komunikasi untuk mendukung Aceh tetap menjadi Indonesia," terangnya.
Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) itu mengaku, ingin melihat Aceh menjadi sebuah kehidupan dalam negara Indonesia yang makin baik. Ia pun yakin, perbedaan pendapat yang terjadi di Aceh bisa terselesaikan dengan baik. Apalagi, yang berunding adalah sesama saudara dan dilakukan di Makassar.
"Tidak ada yang didamaikan disini, yang ada adalah mencari solusi. Biasa berbeda pendapat kemudian kita bersama-sama mencari solusi," jelasnya.
sumber : fajar.com
diposkan oleh cici fakhrunnisa
0 comments: