Syahrul Siap Pemprov Back Up Palopo


MAKASSAR, FAJAR -- Jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Sulsel, menggelar rapat tertutup di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Kamis (4/4). Rapat tertutup tersebut untuk membahas situasi Kota Palopo pasca pembakaran beberapa aset pemerintah usai pemilukada.

"Ini forum rutin. Ada beberapa hal yang dilaporkan. Salah satunya, aspek keamanan serta masalah-masalah lainnya yang menonjol," kata Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulsel, usai rapat, Kamis (4/4) di rujab gubernur.

Secara umum, kata Syahrul, kondisi keamanan Sulsel cukup kondusif. Hanya, ada kejadian yang cukup mengejutkan yakni pembakaran yang terjadi pasca pemilukada Palopo.

"Banyak yang kita bicarakan, termasuk meneruskan pengendalian-pengendalian keamanan yang ada di Palopo dan memberi ruang bagi kepolisian untuk melakukan fungsi olah TKP disana serta melakukan tindakan-tindakan penyidikan," ungkapnya.

Syahrul mengungkapkan, pascainsiden tersebut, pemerintah kota Palopo harus diback up oleh pemerintah provinsi agar proses administrasi dan pelayanan publik tidak terganggu. Menurutnya, banyak aspek yang dikaji sehingga membutuhkan perhatian pemerintah provinsi untuk menangani dan memberi back up pemerintah kota Palopo untuk memulihkan seluruh pelayanan administrasi dan masyarakat yang ada disana.

"Laporan terakhir, situasi kondusif dan dalam kendali penuh. Hampir tidak ada masalah, selain kantor itu terbakar. Rakyat sangat memberi responsnya, bahkan semua masyarakat merasa kalau pembakaran itu mencoreng kebersamaan yang ada. Sudah kondusif dan tidak perlu lagi ada penambahan personil. Pemprov siap back up Palopo dalam pemulihan," tegasnya.

Soal bantuan dana dari Pemprov Sulsel, Syahrul menyebutkan pasti akan ada, tapi katanya, belum bisa dipastikan saat ini.

Dia menjelaskan, insiden yang terjadi di Kota Palopo dibahas di forum muspida, agar apa yang terjadi disana tidak menjadi preseden buruk. Apalagi, secara umum, baik yang menang ataupun kecewa pada pemilihan itu, tidak menginginkan hal itu terjadi. Termasuk orang-orang yang melihat kejadian tersebut.

"Diisana itu lebih banyak pada kejadian yang insidentil,  tiba-tiba. Ada emosi yang terbakar, dan itulah risiko dari pergerakan massa," pungkasnya.(*)

0 comments: