Intervensi Militer di Suriah Dianggap Telat

JENEWA - Mantan utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Liga Arab untuk Suriah Kofi Annan mengatakan, sudah terlambat untuk melakukan intervensi militer di Suriah. Sementara upaya untuk mempersenjatai oposisi dinilai tidak akan mengakhiri krisis Suriah.

 "Saya melihat tidak perlu adanya intervensi militer di Suriah. Semua sudah terlambat. Saya tidak yakin bila hal itu bisa mempengaruhi," ujar Annan, seperti dikutip Reuters, Rabu (27/3/2013).

"Upaya militerisasi dari konflik saya kira tidak akan membantu rakyat Suriah. Mereka amat menantikan aksi saling bunuh untuk berhenti," imbuhnya.

Annan menambahkan, justru ada pihak lain yang tidak ada di dalam Suriah yang ingin memberikan senjata. Bagi mantan Sekretaris Jenderal PBB itu, sudah selayaknya dunia mencari pemecahan yang lebih dibandingkan harusnya menyulutnya dengan bantuan senjata.

Sebelumnya diketahui, Prancis dan Inggris mendesak Uni Eropa untuk meringankan embargo kepada Suriah. Keringanan embargo ini bisa membuat pihak oposisi mendapatkan akses terhadap bantuan senjata.

Sementara pengganti Annan sebagai utusan khusus untuk Suriah, Lakhdar Brahimi sudah berupaya untuk menyelesaikan konflik Suriah dengan meminta bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
 

Namun jurang pemisah antara kedua negara besar itu terlalu dalam, mengingat pihak AS dan sekutunya mendesak Rusia melakukan tekanan kepada Presiden Suriah Bashar Al-Assad mundur dari jabatannya. Rusia selama ini dikenal sebagai pendukung dari Pemerintahan Assad.

Konflik di Suriah sudah berlangsung sejak Maret 2011. Setelah dua tahun, konflik perang saudara itu menyebabkan sekira 70 ribu warga Suriah tewas.

0 comments: