`Saddam Hussein Masih di Sini`, Diktator Irak Dibangkitkan!
Hidup Saddam Hussein berakhir pada 30 Desember 2006. Mantan diktator Irak itu tewas di tiang gantungan. Kini, 7 tahun berlalu, ia "dibangkitkan dari kubur" lewat sebuah proyek fotografi.
Proyek itu bertujuan menunjukkan Saddam masih di hati dan benak rakyat Irak. "Ketika kau membunuh seorang diktator, bukan berarti kau bisa menghapusnya dari pikiran banyak orang," kata fotografer Kurdi, Irak, Jamal Penjweny, pencetus proyek "Saddam is Here", seperti dilansir dari Al Arabiya, Senin (20/5/2013).
Dari dokter gigi, tukang jagal hewan, sampai tentara, sejumlah warga Irak di seantero negeri berpartisipasi dalam proyek ini. Caranya, dengan menutupi wajah mereka dengan foto sang diktator, di lokasi kegiatan mereka sehari-hari.
"Selama dua hari saya menyimpan gambar Saddam di tas, karena saya ingin melakukan proyek ini di seluruh Irak. Dari Baghdad ke Erbil, Karbala sampai Sulaimaniya," tambah Jamal.
Dia menjelaskan, proyek ini bukan hanya Saddam, tapi juga mengenai kultur kediktatoran yang berlaku, bahkan setelah Saddam jatuh. "Saddam masih ada di tengah kehidupan rakyat. Kultur yang ia bangun masih lestari di Irak."

Setelah hidup beberapa tahun di Eropa, Jamal Penjweny kembali ke Irak, setelah Saddam lengser. Saat itulah ia merasakan, masih ada jejak sang pemimpin "dari cara orang berbicara, berbohong, mencintai, bermimpi, dan khususnya berpolitik."
Ia pun ingin membuka mata dunia, bahwa di Irak, Saddam masih menjadi bagian dari kehidupan rakyat. "Orang-orang di Barat, terutama Amerika Serikat, tidak mengerti bahwa 10 tahun sejak perang berkobar di Irak, tak banyak yang berubah."
Namun, bukan perkara mudah membuat orang Irak terlibat dalam proyeknya. "Sejumlah orang takut meski hanya memegang foto Saddam, terutama dari kelompok Syiah dan Kurdi yang membencinya -- sejumlah anggota keluarga mereka tewas di tangan rezim Saddam," kata Jamal.
Jamal memilih memamerkan karyanya di luar Irak. "Aku tak ingin memamerkannya di Irak. Ada banyak orang yang tak mengerti soal proyekku. Mereka berpikir aku pro-Saddam, propemerintah. Mereka tak mengerti karya seni ini."
Dia menambahkan. "Saddam is Here" menguak masa lalu Irak. Dengan karyanya, Jamal justru ingin mengatasi "sejarah ketakutan bersama," yang juga bisa dialami di seluruh Timur Tengah.
"Proyek ini bisa diterjemahkan di negara-negara Timur Tengah lainnya. Misalnya, Mesir dan Libya yang telah menyaksikan perubahan serupa, namun rakyatnya masih merasakan kehadiran Hosni Mubarak dan mendiang Muammar Qaddafi yang telah digulingkan." (Ein/*)
Proyek itu bertujuan menunjukkan Saddam masih di hati dan benak rakyat Irak. "Ketika kau membunuh seorang diktator, bukan berarti kau bisa menghapusnya dari pikiran banyak orang," kata fotografer Kurdi, Irak, Jamal Penjweny, pencetus proyek "Saddam is Here", seperti dilansir dari Al Arabiya, Senin (20/5/2013).
Dari dokter gigi, tukang jagal hewan, sampai tentara, sejumlah warga Irak di seantero negeri berpartisipasi dalam proyek ini. Caranya, dengan menutupi wajah mereka dengan foto sang diktator, di lokasi kegiatan mereka sehari-hari.
"Selama dua hari saya menyimpan gambar Saddam di tas, karena saya ingin melakukan proyek ini di seluruh Irak. Dari Baghdad ke Erbil, Karbala sampai Sulaimaniya," tambah Jamal.
Dia menjelaskan, proyek ini bukan hanya Saddam, tapi juga mengenai kultur kediktatoran yang berlaku, bahkan setelah Saddam jatuh. "Saddam masih ada di tengah kehidupan rakyat. Kultur yang ia bangun masih lestari di Irak."

Setelah hidup beberapa tahun di Eropa, Jamal Penjweny kembali ke Irak, setelah Saddam lengser. Saat itulah ia merasakan, masih ada jejak sang pemimpin "dari cara orang berbicara, berbohong, mencintai, bermimpi, dan khususnya berpolitik."
Ia pun ingin membuka mata dunia, bahwa di Irak, Saddam masih menjadi bagian dari kehidupan rakyat. "Orang-orang di Barat, terutama Amerika Serikat, tidak mengerti bahwa 10 tahun sejak perang berkobar di Irak, tak banyak yang berubah."
Namun, bukan perkara mudah membuat orang Irak terlibat dalam proyeknya. "Sejumlah orang takut meski hanya memegang foto Saddam, terutama dari kelompok Syiah dan Kurdi yang membencinya -- sejumlah anggota keluarga mereka tewas di tangan rezim Saddam," kata Jamal.
Jamal memilih memamerkan karyanya di luar Irak. "Aku tak ingin memamerkannya di Irak. Ada banyak orang yang tak mengerti soal proyekku. Mereka berpikir aku pro-Saddam, propemerintah. Mereka tak mengerti karya seni ini."
Dia menambahkan. "Saddam is Here" menguak masa lalu Irak. Dengan karyanya, Jamal justru ingin mengatasi "sejarah ketakutan bersama," yang juga bisa dialami di seluruh Timur Tengah.
"Proyek ini bisa diterjemahkan di negara-negara Timur Tengah lainnya. Misalnya, Mesir dan Libya yang telah menyaksikan perubahan serupa, namun rakyatnya masih merasakan kehadiran Hosni Mubarak dan mendiang Muammar Qaddafi yang telah digulingkan." (Ein/*)
0 comments: