Konferensi CAPDI - Fokus Bahas Konflik Asia Selatan

MAKASSAR – Konflik yang terjadi di nagara Asia Selatan akan menjadi fokus pembahasan peserta konferensi Centrist Asia Pacific Democrats International (CAPDI) yang berlangsung di Makassar mulai hari ini (20/5) hingga besok (21/5).


Chariman CAPDI Jusuf Kalla (JK) selepas menghadiri jamuan makan malam bersama seluruh peserta Second Generally Assembly Meeting CAPDI di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel mengatakan, konflik yang terjadi di Asia Selatan ,terutama Nepal menyedot perhatian banyak peserta sehingga pembahasannya akan jauh lebih banyak. “Masalah Nepal yang akan lebih banyak kita bicarakan. Bahkan, untuk konflik di sana kami telah mengirim orang,” kata JK tadi malam. Perang sipil yang terjadi di Nepal menyedot perhatian dunia. CAPDI selaku organisasi nonpemerintahan berharap mampu memberikan solusi informal terhadap konflik yang terjadi di negara tersebut.

Acara pertama konferensi CAPDI hari ini akan dimulai dengan diskusi perdamaian dan mantan Perdana Menteri Nepal Madhav Kumar akan mengantar diskusi tersebut. Selain masalah perang sipil di Nepal, masalah-masalah seperti konflik laut China Selatan yang melibatkan banyak negara juga akan menjadi topik pembahasan. “Masalah-masalah di laut China Selatan, Thailand dan Filipina serta Myanmar juga akan kita bahas,” tambah JK. CAPDI selaku organisasi yang diikuti oleh pejabat negara dan mantan pejabat negara memang tidak memiliki tawaran tertinggi dalam setiap putusannya.

Namun JK menilai, nilai kebersamaan dalam menangani konflik itulah yang menjadikan CAPDI penting untuk banyak negara. “CAPDI adalah ideologi moderat, berjalan di tengah-tengah. Intinya, ini adalah lembaga lobi yang bisa digunakan untuk mencari solusi dari masalah- masalah di satu negara. Misalnya masalah di Filipina, bisa kita bahas di sini dan diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi negara lain,” tutur JK. JK selaku tokoh perdamain mengatakan, CAPDI punya peranan besar dalam menangani satu konflik, walau keputusan dan solusinya merupakan solusi informal, namun dia menilai tidak akan mudah menyelesaikan satu konflik jika tidak ada networking di negara lain.

“Di CAPDI kita membangun networking,” imbuhnya. Hal yang sama juga diutarakan Deputy Minister of Prime Minister of Cambodia Yara Sues. Yara mengatakan, konflik- konflik di Asia Pasifik banyak yang menjadi perhatian dunia, sehingga seharusnya yang memecahkan masalah tersebut adalah orang-orang di Asia Pasifik sendiri. “Kami di Kamboja jika mengalami masalah akan memecahkannya bersama-sama. Setiap kelompok yang bertikai akan dipanggil duduk bersama untuk mencari jalan terbaik,” ujar Yara.

Yara yang datang bersama Perdana Menterinya Samdech Hun Sen dan wakilnya Sok An menilai, Indonesia memiliki peranan besar dalam menentukan perdamaian di Asia Pasifik, dan JK dinilai punya tekad besar serta komitmen untuk mendamaikan setiap konflik. “Ini kami lihat sejak dia (JK) menjabat chairman dua periode,” ujarnya. Dalam jamuan makan malam itu pula Perdana Menteri Kamboja Samdech Hun Sen mendapat gelar kehormatan dari Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.

Penganugerahan gelar tersebut ditandai dengan pemberian badik pusaka dan sertifikat kepada sang Perdana Menteri. Ketua Panitia Second Generally Assembly Meeting CAPDI Erwin Aksa dalam laporannya mengatakan, seluruh anggota CAPDIdari 18negara hadirdiMakassar, ditambah empat negara partisipan, sehingga total ada 22 negara. “Kami berharap empat negara partisipan tahun depan bisa menjadi anggota,” kata dia. PembukaanSecondGenerally Assembly Meeting CAPDI akan dimulaihari inidiHotelSahidMakassar dan akan dibuka langsung oleh Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono.

Asia Harus Mandiri Atasi Konflik

Negara asing diharapkan tidak ikut campur dalam penyelesaian sengketa dan konflik yang melibatkan negara di Asia Pasifik. Saatnya negara di Asia Pasifik mengatasi sendiri masalah regional tanpa harus diintervensi negara asing. Hala ini butir kesepakatan yang diharapkan lahir pada pertemuan para pemimpin Asia Pasifik melalui forum CAPDI di Makassar, Senin-Selasa (20-21/5). Steering Committee Second Generally Assembly Meeting CAPDI Yasril Ananta Baharuddin mengatakan, dari 21 deklarasi yang rencananya dicetuskan, salah satu poin adalah kemandirian penyelesaian masalah dengan tidak melibatkan negara asing.

“Poin ini sudah kami masukan dan akan dibahas peserta konferensi. Ini memberi penguatan kepada Asia Pasifik untuk mandiri menyelesaikan sengketa regional,” ujarnya di Makassar kemarin. Menurut Yasril, sejumlah masalah konflik tengah dihadapi negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Khusus Indonesia, salah satu masalah yang muncul adalah pembukaan kantor Papua Merdeka di Oxford, Inggris, yang mendapat restu dari Wali Kota Oxford Mohammed Abbasi dan sejumlah pejabat setempat.

Ditambahkan, negara Asia Pasifik saat ini tengah memasuki tahap baru di percaturan politik dan perekonomian dunia, sehingga setiap negara anggota harus bisa saling menguatkan. Meskipun, kata Yasril Ananta, CAPDI itu bukan organisasi profit dan organisasi pemerintahan. “Solusi yang dicetuskan dalam konferensi ini diharapkan memberikan rekomendasi perdamaian dunia melalui jalur informal. Selain menolak intervensi asing, kami juga memasukkan poin agar setiap negara saling mendukung kebijakan masing-masing,” ujar mantan anggota DPR RI ini.

Sejumlah permasalahan di Asia Pasifik akan menjadi topik hangat dalam konferensi CAPDI kali ini. Salah satu masalah lain yang akan dibahas adalah konflik Rohingya di Myanmar, yang hingga saat ini belum juga menemukan titik penyelesaian. Hanya Aung San Suu Kyi, selaku tokoh demokrasi di Myanmar, tidak hadir di konferensi CAPDI ini. Namun, menurut Yasril, hal tersebut tidak mengubah sikap membahas masalah ini lantaran telah menjadi perhatian banyak pihak. Konflik lainnya yang akan dibahas adalah permasalahan di laut China Selatan yang melibatkan banyak negara.

Konflik di laut China Selatan ini dinilai sebagai permasalahan rumit namun tetap menjanjikan untuk ditemukannya solusi terbaik. Secara umum konferensi CAPDI akan mengutamakan solusi perdamaian dunia, rekonsiliasi, demokratisasi perekonomian, dan dampak perubahan iklim di kawasan Asia Pasifik. Konferensi CAPDI kali ini selain dihadiri 18 negara anggota, juga dihadiri perwakilan negara Eropa. Sementara itu, tahapan konferensi CAPDI di Makassar hingga kemarin berjalan lancar.

Sejumlah peserta berasal dari pemerintah dan mantan penguasa sejumlah negara telah berdatangan. Salah satu pemimpin negara yang tiba di Makassar kemarin adalah PM Kamboja Samdech Hun Sen beserta rombongan yang dijemput oleh Chairman CAPDI Jusuf Kalla dan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Bandara Lama Sultan Hasanuddin Makassar. Hun Sen beserta rombongan akan menempati 36 kamar di Aryaduta Hotel Makassar selama dua hari. Selain PM Kamboja, mantan Presiden Filipina Fidel Ramos dan mantan PM Nepal Madhav Kumar serta mantan Deputi PM Kanada Sheila Copps sudah berada di Makassar kemarin.

Seluruh peserta konferensi CAPDI dijamu makan malam di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo tadi malam. Pertemuan CAPDI sudah berlangsung empat kali sejak dibentuk 2005 silam, juga akan menentukan pemimpin baru. JK sebagai chairmanCAPDI sudah menjabat dua kali dan tidak bisa lagi melanjutkan masa jabatannya.

Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Mohammad Najib bin Tun Razak disebut menjadi calon terkuat menggantikan JK, walau Najib sendiri tidak hadir di Makassar. Ketua panitia Erwin Aksa mengaku Najib tidak hadir karena baru menggelar pemilu raya di negaranya. KORAN SINDO ● rahmat hardiansya

sumber:  http://www.makassarterkini.com/home/index-berita/5335-konferensi-capdi-fokus-bahas-konflik-asia-selatan.html

0 comments: