Swasembada Pangan 2014 Sulit Terealisasi
JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar ekonomi, Latif Adam, mengatakan,
target swasembada pangan 2014 agak sulit terealisasi jika tidak ada insentif
bagi petani yang menjadi tulang punggung pasokan pangan dalam negeri.
Tulang
punggung ketahanan pangan adalah petani. Namun, mereka selalu dalam posisi
sulit, terutama jika terkait dengan harga pangan dalam negeri.
"Tulang punggung ketahanan
pangan adalah petani. Namun, mereka selalu dalam posisi sulit, terutama jika
terkait dengan harga pangan dalam negeri," kata Latif Adam dihubungi di
Jakarta, Sabtu.
Peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan, petani sering tidak menerima
keuntungan besar meskipun harga pangan dalam negeri naik tinggi.
Di sisi lain, apabila harga
pangan dianggap terlalu tinggi dan membahayakan konsumen, kebijakan yang
diambil pemerintah juga tidak berpihak kepada kepentingan petani.
"Harga pembelian
pemerintah atau HPP terhadap komoditas pangan yang ditetapkan selama ini kurang
menguntungkan petani. Jika pasokan dianggap kurang, pemerintah juga mengambil
kebijakan impor yang justru membuat produksi petani kurang laku,"
tuturnya.
Seharusnya, kata Latif,
pemerintah memberikan insentif kepada petani karena mereka yang paling terlibat
dalam produksi dan ketahanan pangan nasional dengan memberikan harga yang
menguntungkan bagi petani.
Namun, Latif mengatakan, di
sisi lain pemerintah pun sering kali berada di posisi yang sulit dalam
mengambil kebijakan. Pemerintah harus sama-sama memikirkan konsumen dan petani,
tetapi juga harus merealisasikan target yang sudah ditetapkan.
"Kalau harga pangan naik,
konsumen yang dirugikan. Di sisi lain, apabila pemerintah menekan harga,
produsen dan petani yang dirugikan," ujarnya.
Namun,
meskipun target swasembada pangan sulit direalisasikan pada 2014, Latif
mengatakan, swasembada pangan tetap harus dicapai demi ketahanan pangan
nasional. Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah lebih mengedepankan
kebijakan yang propetani.
0 comments: