SEJARAH FILM
Film noir adalah sebuah istilah sinematik yang digunakan untuk menggambarkan gaya film Hollywood yang menampilkan drama-drama kriminal,
khususnya yang menekankan keambiguan moral dan motivasi seksual.
Periode film noir klasik Hollywood biasanya dianggap merentang dari awal
1940-an hingga akhir 1950-an. Film noir dari masa ini dihubungkan
dengan gaya visual hitam-putih dalam pencahayaan yang rendah yang berakar dalam sinematografi ekspresionis Jerman, sementara banyak dari cerita-cerita prototipnya dan sikap noir yang klasik berasal dari aliran fiksi detektif yang muncul di Amerika Serikat pada masa Depresi.
Istilah film noir (bahasa Perancis, yang artinya "film kelam"), pertama kali diberikan kepada film-film Hollywood oleh kritikus Perancis Nino Frank pada 1946, tak dikenal oleh kebanyakan profesional industri film Amerika pada era itu. Para sejarahwan dan kritikus film mendefinisikan kanon film noir di kemudian hari; banyak di antara mereka yang terlibat dalam pembuatan film-film noir klasik belakangan mengakui bahwa mereka tanpa sadar telah menciptakan suatu jenis film yang khas.
Film suara adalah film dengan suara tersinkronisasi, atau suara yang dicocokkan dengan gambar. Bertolak belakang dari film bisu, film bersuara diproduksi dengan dialog dan rekaman suara. Pertunjukan film suara pertama untuk umum dilangsungkan di Paris pada tahun 1900, namun perlu berpuluh-puluhan tahun kemudian hingga film suara dapat dikomersialisasi. Sinkronisasi yang dapat diandalkan sulit dicapai dengan sistem awal suara pada pelat, sementara amplifikasi dan kualitas rekaman juga tidak memadai. Inovasi dalam suara pada film memungkinkan pemutaran komersial film pendek yang menggunakan teknologi ini pada tahun 1923.
Perkembangan pertama dalam komersialisasi film suara terjadi pada awal hingga akhir 1920-an. Pada awalnya, film suara yang memasukkan dialog tersinkronisasi (disebut "talking pictures" atau "talkies") berdurasi pendek; film cerita terawal hanya berisi rekaman suara untuk musik dan efek suara. Film cerita pertama yang diproduksi sebagai film suara adalah The Jazz Singer yang mulai diedarkan bulan Oktober 1927. Film ini menjadi film laris, dibuat dengan teknologi Vitaphone yang merupakan merek ternama untuk teknologi suara pada pelat. Meskipun demikian, teknologi suara pada film segera menjadi standar suara pada film suara.
Pada awalnya dekade 1930-an, film suara sudah menjadi fenomena global. Di Amerika Serikat, film suara mengamankan posisi Hollywood sebagai salah satu pusat komersial budaya dunia (lihat Sinema Amerika Serikat). Di Eropa (dan mungkin di tempat lain), perkembangan baru ini diamati dengan kecurigaan oleh pembuat film dan kritikus yang khawatir film berfokus pada dialog akan merusak nilai-nilai estetika film bisu. Jepang memiliki tradisi sendiri, berupa pemutaran film bisu diiringi oleh penampilan vokal hidup seorang pencerita, oleh karena itu, film bersuara perlu waktu sebelum diterima secara luas. Di India, suara merupakan unsur transformatif yang menyebabkan industri film di negara ini berkembang dengan cepat hingga menjadi industri film paling produktif di dunia sejak tahun 1960-an.
Tiga masalah utama tetap ada, menyebabkan film dan rekaman suara tidak dapat dijadikan satu selama satu generasi. Sinkronisasi menjadi masalah utama: gambar dan suara direkam dan diputar kembali oleh perangkat terpisah, sehingga sulit untuk memulai dan memainkannya serentak.[6] Ketika diputar, volume suara yang memadai juga sulit dicapai. Ketika proyektor film sudah memungkinkan film diputar di hadapan penonton teater yang luas, teknologi audio sebelum pengembangan penguat elektronik tidak dapat memenuhi kebutuhan suara untuk ruangan besar. Selain itu masih ada tantangan besar. Akhirnya, ada tantangan dari kejernihan rekaman. Sistem primitif dari masa itu menghasilkan kualitas suara sangat rendah bila artis/aktor tidak ditempatkan langsung di depan perangkat rekaman yang menyusahkan (terutama corong akustik), memaksakan adanya batasan tegas pada jenis film yang bisa dibuat dengan rekaman suara langsung.[7]
Inovator sinema berusaha mengatasi masalah dasar sinkronisasi dengan berbagai cara. Film-film mulai banyak mengandalkan rekaman gramofon yang dikenal sebagai teknologi suara pada pelat. Pelat rekaman suaranya sendiri sering disebut "piringan Berliner" karena salah satu penemu utama dalam bidang ini adalah orang Amerika-Jerman bernama Emile Berliner. Pada tahun 1902, Léon Gaumont mendemonstrasikan sistem suara pada pelat Chronophone yang memakai rangkaian listrik yang baru saja dipatenkan olehnya di hadapan Ikatan Fotografi Perancis.[8] Empat tahun kemudian, Gaumont memperkenalkan Elgéphone, sebuah sistem penguat udara mampat berdasarkan Auxetophone yang dikembangkan oleh penemu Inggris Horace Short dan Charles Parsons.[9] Meskipun diperkirakan bakal sukses besar, inovasi suara dari Gaumont hanya mencapai kesuksesan komersial terbatas. Setelah melalui perbaikan, sistem Faumon masih tidak dapat mengatasi tiga masalah dasar pada film bersuara dan harganya juga mahal. Selama beberapa tahun, Cameraphone ciptaan penemu Amerika Serikat E.E. Norton adalah pesaing utama untuk sistem Gaumont (penjelasan mengenai Cameraphone berbeda menurut sumbernya, sebagian menyebut memakai piringan, lainnya menyebut memakai silinder). Cameraphone juga akhirnya gagal karena alasan-alasan serupa yang dihadapi Chronophone.[10]
Pada tahun 1913, Edison memperkenalkan sebuah alat baru untuk sinkronisasi suara yang berbasis silinder yang diberi nama seperti penemuannya pada tahun 1895, yakni Kinetofon. Tidak seperti lemari Kinetoskop yang memperlihatkan film untuk penonton perseorangan, Kinetofon yang telah disempurnakan itu memproyeksikan film di layar. Sebuah fonograf dihubungkan dengan pengaturan katrol yang rumit ke proyektor film, sehingga memungkinkan dilakukannya sinkronisasi di bawah kondisi ideal. Kondisi di lapangan ternyata jauh dari ideal, dan Kinetofon model baru dipensiunkan setelah lebih dari setahun.[11] Pada pertengahan dekade 1910-an, minat terhadap pertunjukan film komersial bersuara telah surut.[10] Mulai tahun 1914, film The Photo-Drama of Creation yang mempromosikan konsepsi penciptaan manusia menurut Saksi-Saksi Yehuwa diputar di seluruh Amerika Serikat. Gambar proyeksi sepanjang delapan jam yang terdiri dari slide dan ceramah disinkronisasikan dengan ceramah yang direkam terpisah dan permainan musik dari fonograf.[12]
Sementara itu, inovasi terus berlangsung di bidang lain. Pada tahun 1907, penemu kelahiran Perancis berbasis di London Eugene Lauste yang bekerja untuk laboratorium Edison antara 1886–1892 mendapatkan paten pertama untuk teknologi suara pada film. Penemuannya mengubah suara menjadi gelombang cahaya yang direkam secara fotografis di atas seluloid. Seperti dijelaskan oleh sejawaran Scott Eyman,
Baik suara yang direkam pada silinder, piringan, maupun film, teknologi yang ada waktu itu masih belum memadai untuk tujuan komersial. Selama bertahun-tahun kemudian, pimpinan studio film Hollywood tidak melihat manfaat memproduksi film bersuara.[16]
Kinetoskop adalah kamera gambar hidup pertama yang menampilkan gambar bergerak. Alat ini dapat memperlihatkan film secara individual melalui lubang kecil yang menyerupai jendela [1]. Kinetoskop memperkenalkan pendekatan awal yang menjadi standar untuk seluruh proyeksi bioskop sebelum munculnya video.
Pada tahun 1884, George Eastman menemukan pita film ( seluloid ) yang terbuat dari plastik tembus pandang. Tahun 1891 Eastman dibantu Hannibal Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat dimasukkan ke dalam kamera pada siang hari. Penemuan ini mengilhami Thomas Edison untuk membuat alat yang berbentuk kotak berlubang untuk menyaksikan atau mengintip suatu pertunjukan. Pada tahun 1887, Thomas Edison tertarik untuk membuat alat untuk merekam dan membuat (memproduksi) gambar. Ia dibantu oleh pekerjanya yaitu William Kennedy Laurie Dickson pada tahun 1889 dan 1892. Dickson dan timnya mengembangkan Kinetoskop, sebuah inovasi kamera gambar yang bergerak dengan pergerakan film yang cepat menjadi percobaan potret gambar hidup, akhirnya, pertunjukan Kinetoskop secara komersil.
Dua hari kemudian, Muybridge dan Edison bertemu di laboratorium Edison di Orange Barat; Muybridge kemudian menjelaskan bagaimana menginginkan kolaborasi untuk menggabungkan alatnya dengan fonograf milik Edison—sebuah kombinasi sistem yang dapat memainkan suara dan gambar secara bersamaan. Tidak ada kolaborasi yang dilakukan, tetapi pada Oktober 1888, Edison mengajukan tuntutan pendahuluan, yang dikenal sebagai surat protes, dengan Kantor Paten Amerika Serikat mengumumkan rencananya untuk menciptakan sebuah alat yang dapat “untuk mata yang fonograf lakukan untuk telinga”.
Jelas sudah bahwa hal ini diharapkan sebagai bagian dari sistem audiovisual yang lengkap: “kita dapat melihat dan mendengar keseluruhan opera sesempurna pertunjukan yang sesungguhnya”. Pada Maret 1889, surat protes yang kedua diajukan, yang mana mengumumkan alat gambar gerak yang disebut dengan, Kinetoskop, berasal dari bahasa Yunani yakni kineto (pergerakan) dan scopos (untuk melihat).
Edison menugaskan Dickson, salah satu pekerjanya yang paling berbakat, untuk membuat Kinetoskop menjadi kenyataan. Edison akan memberikan modal penuh atas penemuan, tetapi secara konsensus historiografikal penemuan tersebut akan menjadi hasil karyanya. Sementara Edison mencoba memahami ide dan inisiasi percobaan, Dickson diberikan kesempatan bersekolah untuk mempelajari konsep praktikal dalam kenyataan. Laboratorium Edison, meskipun, dipekerjakan sebagai organisasi kolaboratif. Asisten laboratorium ditugaskan untuk mengerjakan berbagai proyek sementara Edison mengawasi dan melibatkan dirinya dan berpartisipasi berbagai tingkatan.
Proyek ini semakin berkembang, khususnya disebabkan oleh perjalan Edison ke Eropa dan Pameran Universitas di Paris, yang mana ia berangkat pada 2 atau 3 Agustus 1889. Selama dua bulan pelayaran, Edison bertemu dengan sarjana fotografi Etienne Jules Marey, yang menemukan “pistol kronofotografis” —kamera pertama gambar bergerak yang mudah dibawa—yang mana menggunakan sepotong film fleksibel yang dirancang untuk menangkap serangkaian gambar sebanyak dua puluh bingkai per detik.
Pada 20 Mei 1891, demonstrasi publik pertama mengenai bentuk dasar Kinetoskop diberikan di laboratorium yang dihadiri oleh 150 anggota Federasi Nasional Kelompok Wanita. Koran New York Sun menggambarkan kelompok wanita ini melihat “kotak cemara kecil” pada pertemuan tersebut. Di bagian atas kotak terdapat sebuah lubang dengan diameter sekitar saru inci. Melalui lubang tersebut, mereka melihat gambar seorang pria. Gambar ini sungguh mengagumkan. Pria tersebut menunduk dan tersenyum dan melambaikan tangannya dan membuka topinya dengan anggun. Setiap gerakan begitu sempurna.
Seorang pria bernama Dickson; film kecil, dengan durasi tiga detik, saat ini dikenal sebagai Dickson Greeting. Pada 24 Agustus, tiga aplikasi hak paten diajukan: pertama untuk “Kamera Kinetografis”, kedua untuk kamera, dan ketiga untuk “Peralatan Fotografi untuk Objek Bergerak". Aplikasi Kinetoskop juga meliputi perencanaan mengenai sistem proyeksi film stereoskopis yang telah ditinggalkan.
Pada 14 April 1894, pertunjukan komersil pertama gambar bergerak dalam sejarah diselenggarakan di New York, menggunakan sepuluh Kinetoskop [3]. Instrumental kelahiran budaya gambar hidup Amerika, Kinetoskop juga menjadi pengaruh utama di Eropa; pengaruhnya semakin meluas disebabkan oleh keputusan Edison untuk tidak mempatenkannya, memfasilitasi banyak imitasi dan improvisasi teknologi.
Perkembangan gemilang dalam sejarah perjalanan film ditandai dengan langkah Lumiere Bersaudara yang memproyeksikan pertama kali hasil karya mereka ke hadapan publik pada 28 Desember 1895, di ruang bawah tanah sebuah kafe di Paris. Pada hari itu, publik yang menyaksikannya masuk dengan membeli karcis. Tanggal 28 Desember 1895 merupakan hari bersejarah karena merupakan hari kelahiran bioskop yang pertama di dunia. Langkah yang dilakukan Lumiere Bersaudara yakni menghadirkan konsep pertunjukan bioskop atau penayangan film ke layar dalam suatu ruangan yang gelap, pelan tapi pasti, terus berkembang ke berbagai penjuru dunia. Sekitar sepuluh tahun kemudian, tepatnya di tahun 1905, tempat pemutaran film (bioskop) yang disebut Nickelodeon muncul dan berkembang subur di Amerika Serikat. Film-film awal yang dipertontonkan kepada publik adalah film-film berdurasi singkat, sekitar 10 menit. Meskipun waktu putar atau tayangnya singkat, tapi film tersebut sudah menampilkan unsur cerita di dalamnya.
Pada 1895, Edison memperkenalkan kinetopon, yang merupakan penggabungan antara Kinetoskop dengan fonograf silinder [5]. Proyeksi film, yang Edison awalnya meremehkannya tidak bernilai ekonomi, dengan segera menggantikan model pertunjukan Kinetoskop yang individual. Banyak dari sistem preyeksi dibangun oleh perusahaan Edison dengan menggunakan nama Kinetoskop.
Istilah film noir (bahasa Perancis, yang artinya "film kelam"), pertama kali diberikan kepada film-film Hollywood oleh kritikus Perancis Nino Frank pada 1946, tak dikenal oleh kebanyakan profesional industri film Amerika pada era itu. Para sejarahwan dan kritikus film mendefinisikan kanon film noir di kemudian hari; banyak di antara mereka yang terlibat dalam pembuatan film-film noir klasik belakangan mengakui bahwa mereka tanpa sadar telah menciptakan suatu jenis film yang khas.
Film suara adalah film dengan suara tersinkronisasi, atau suara yang dicocokkan dengan gambar. Bertolak belakang dari film bisu, film bersuara diproduksi dengan dialog dan rekaman suara. Pertunjukan film suara pertama untuk umum dilangsungkan di Paris pada tahun 1900, namun perlu berpuluh-puluhan tahun kemudian hingga film suara dapat dikomersialisasi. Sinkronisasi yang dapat diandalkan sulit dicapai dengan sistem awal suara pada pelat, sementara amplifikasi dan kualitas rekaman juga tidak memadai. Inovasi dalam suara pada film memungkinkan pemutaran komersial film pendek yang menggunakan teknologi ini pada tahun 1923.
Perkembangan pertama dalam komersialisasi film suara terjadi pada awal hingga akhir 1920-an. Pada awalnya, film suara yang memasukkan dialog tersinkronisasi (disebut "talking pictures" atau "talkies") berdurasi pendek; film cerita terawal hanya berisi rekaman suara untuk musik dan efek suara. Film cerita pertama yang diproduksi sebagai film suara adalah The Jazz Singer yang mulai diedarkan bulan Oktober 1927. Film ini menjadi film laris, dibuat dengan teknologi Vitaphone yang merupakan merek ternama untuk teknologi suara pada pelat. Meskipun demikian, teknologi suara pada film segera menjadi standar suara pada film suara.
Pada awalnya dekade 1930-an, film suara sudah menjadi fenomena global. Di Amerika Serikat, film suara mengamankan posisi Hollywood sebagai salah satu pusat komersial budaya dunia (lihat Sinema Amerika Serikat). Di Eropa (dan mungkin di tempat lain), perkembangan baru ini diamati dengan kecurigaan oleh pembuat film dan kritikus yang khawatir film berfokus pada dialog akan merusak nilai-nilai estetika film bisu. Jepang memiliki tradisi sendiri, berupa pemutaran film bisu diiringi oleh penampilan vokal hidup seorang pencerita, oleh karena itu, film bersuara perlu waktu sebelum diterima secara luas. Di India, suara merupakan unsur transformatif yang menyebabkan industri film di negara ini berkembang dengan cepat hingga menjadi industri film paling produktif di dunia sejak tahun 1960-an.
Sejarah
Perkembangan awal
-
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat Kinetoskop.
Tiga masalah utama tetap ada, menyebabkan film dan rekaman suara tidak dapat dijadikan satu selama satu generasi. Sinkronisasi menjadi masalah utama: gambar dan suara direkam dan diputar kembali oleh perangkat terpisah, sehingga sulit untuk memulai dan memainkannya serentak.[6] Ketika diputar, volume suara yang memadai juga sulit dicapai. Ketika proyektor film sudah memungkinkan film diputar di hadapan penonton teater yang luas, teknologi audio sebelum pengembangan penguat elektronik tidak dapat memenuhi kebutuhan suara untuk ruangan besar. Selain itu masih ada tantangan besar. Akhirnya, ada tantangan dari kejernihan rekaman. Sistem primitif dari masa itu menghasilkan kualitas suara sangat rendah bila artis/aktor tidak ditempatkan langsung di depan perangkat rekaman yang menyusahkan (terutama corong akustik), memaksakan adanya batasan tegas pada jenis film yang bisa dibuat dengan rekaman suara langsung.[7]
Inovator sinema berusaha mengatasi masalah dasar sinkronisasi dengan berbagai cara. Film-film mulai banyak mengandalkan rekaman gramofon yang dikenal sebagai teknologi suara pada pelat. Pelat rekaman suaranya sendiri sering disebut "piringan Berliner" karena salah satu penemu utama dalam bidang ini adalah orang Amerika-Jerman bernama Emile Berliner. Pada tahun 1902, Léon Gaumont mendemonstrasikan sistem suara pada pelat Chronophone yang memakai rangkaian listrik yang baru saja dipatenkan olehnya di hadapan Ikatan Fotografi Perancis.[8] Empat tahun kemudian, Gaumont memperkenalkan Elgéphone, sebuah sistem penguat udara mampat berdasarkan Auxetophone yang dikembangkan oleh penemu Inggris Horace Short dan Charles Parsons.[9] Meskipun diperkirakan bakal sukses besar, inovasi suara dari Gaumont hanya mencapai kesuksesan komersial terbatas. Setelah melalui perbaikan, sistem Faumon masih tidak dapat mengatasi tiga masalah dasar pada film bersuara dan harganya juga mahal. Selama beberapa tahun, Cameraphone ciptaan penemu Amerika Serikat E.E. Norton adalah pesaing utama untuk sistem Gaumont (penjelasan mengenai Cameraphone berbeda menurut sumbernya, sebagian menyebut memakai piringan, lainnya menyebut memakai silinder). Cameraphone juga akhirnya gagal karena alasan-alasan serupa yang dihadapi Chronophone.[10]
Pada tahun 1913, Edison memperkenalkan sebuah alat baru untuk sinkronisasi suara yang berbasis silinder yang diberi nama seperti penemuannya pada tahun 1895, yakni Kinetofon. Tidak seperti lemari Kinetoskop yang memperlihatkan film untuk penonton perseorangan, Kinetofon yang telah disempurnakan itu memproyeksikan film di layar. Sebuah fonograf dihubungkan dengan pengaturan katrol yang rumit ke proyektor film, sehingga memungkinkan dilakukannya sinkronisasi di bawah kondisi ideal. Kondisi di lapangan ternyata jauh dari ideal, dan Kinetofon model baru dipensiunkan setelah lebih dari setahun.[11] Pada pertengahan dekade 1910-an, minat terhadap pertunjukan film komersial bersuara telah surut.[10] Mulai tahun 1914, film The Photo-Drama of Creation yang mempromosikan konsepsi penciptaan manusia menurut Saksi-Saksi Yehuwa diputar di seluruh Amerika Serikat. Gambar proyeksi sepanjang delapan jam yang terdiri dari slide dan ceramah disinkronisasikan dengan ceramah yang direkam terpisah dan permainan musik dari fonograf.[12]
Sementara itu, inovasi terus berlangsung di bidang lain. Pada tahun 1907, penemu kelahiran Perancis berbasis di London Eugene Lauste yang bekerja untuk laboratorium Edison antara 1886–1892 mendapatkan paten pertama untuk teknologi suara pada film. Penemuannya mengubah suara menjadi gelombang cahaya yang direkam secara fotografis di atas seluloid. Seperti dijelaskan oleh sejawaran Scott Eyman,
"Penemuannya merupakan sistem ganda, suara dijadikan bagian berbeda dari film pada film yang sama.... Pada intinya, suara ditangkap oleh mikrofon dan diterjemahkan menjadi gelombang cahaya melalui sebuah katup cahaya yang berupa sebuah pita tipis dari logam sensitif melalui celah kecil. Suara yang mencapai pita ini akan diubah menjadi cahaya oleh getaran diafragma, memfokuskan gelombang cahaya yang dihasilkan melalui celah, lalu gelombang cahaya itu difoto pada bagian lain dari film, pada sebuah jalur yang lebarnya kira-kira sepersepuluh inci."[13]Meskipun teknologi suara pada film akhirnya menjadi standar universal untuk suara bioskop tersinkronisasi, Lauste tidak pernah berhasil memanfaatkan penemuannya yang praktis menemui jalan buntu. Pada tahun 1914, penemu Finlandia Eric Tigerstedt memperoleh paten Jerman nomor 309,536 untuk penemuan suara pada film. Pada tahun yang sama, Tigerstedt mempertunjukkan yang dibuat dengan proses hasil penemuannya di hadapan para ilmuwan di Berlin.[14] Insinyur Hungaria Mihaly Denes menyampaikan konsep Projectofon berdasarkan teknologi suara pada film ke Pengadilan Paten Kerajaan Hongaria pada tahun 1918. Hak paten diperolehnya empat tahun kemudian.[15]
Baik suara yang direkam pada silinder, piringan, maupun film, teknologi yang ada waktu itu masih belum memadai untuk tujuan komersial. Selama bertahun-tahun kemudian, pimpinan studio film Hollywood tidak melihat manfaat memproduksi film bersuara.[16]
Kinetoskop adalah kamera gambar hidup pertama yang menampilkan gambar bergerak. Alat ini dapat memperlihatkan film secara individual melalui lubang kecil yang menyerupai jendela [1]. Kinetoskop memperkenalkan pendekatan awal yang menjadi standar untuk seluruh proyeksi bioskop sebelum munculnya video.
Pada tahun 1884, George Eastman menemukan pita film ( seluloid ) yang terbuat dari plastik tembus pandang. Tahun 1891 Eastman dibantu Hannibal Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat dimasukkan ke dalam kamera pada siang hari. Penemuan ini mengilhami Thomas Edison untuk membuat alat yang berbentuk kotak berlubang untuk menyaksikan atau mengintip suatu pertunjukan. Pada tahun 1887, Thomas Edison tertarik untuk membuat alat untuk merekam dan membuat (memproduksi) gambar. Ia dibantu oleh pekerjanya yaitu William Kennedy Laurie Dickson pada tahun 1889 dan 1892. Dickson dan timnya mengembangkan Kinetoskop, sebuah inovasi kamera gambar yang bergerak dengan pergerakan film yang cepat menjadi percobaan potret gambar hidup, akhirnya, pertunjukan Kinetoskop secara komersil.
Sejarah
Tahap Awal
Sebuah pertemuan dengan perintis fotografis, Eadweard Muybridge, tampak memacu Edison untuk mengejar pengembangan sistem gambar bergerak. Pada 25 Febuari 1888, di Orange, New Jersey, Muybridge memberikan sebuah pelajaran yang meliputi demonstrasi zoopraxiscope, sebuah alat yang memproyeksikan beberapa gambar yang digambar di sepanjang pinggir disket kaca, memproduksi ilusi gerak [2]. Kesempatan Edison sangat dekat, dan pelajaran dapat dihadiri oleh Edison dan fotografer perusahaannya, Willian Dickson.Dua hari kemudian, Muybridge dan Edison bertemu di laboratorium Edison di Orange Barat; Muybridge kemudian menjelaskan bagaimana menginginkan kolaborasi untuk menggabungkan alatnya dengan fonograf milik Edison—sebuah kombinasi sistem yang dapat memainkan suara dan gambar secara bersamaan. Tidak ada kolaborasi yang dilakukan, tetapi pada Oktober 1888, Edison mengajukan tuntutan pendahuluan, yang dikenal sebagai surat protes, dengan Kantor Paten Amerika Serikat mengumumkan rencananya untuk menciptakan sebuah alat yang dapat “untuk mata yang fonograf lakukan untuk telinga”.
Jelas sudah bahwa hal ini diharapkan sebagai bagian dari sistem audiovisual yang lengkap: “kita dapat melihat dan mendengar keseluruhan opera sesempurna pertunjukan yang sesungguhnya”. Pada Maret 1889, surat protes yang kedua diajukan, yang mana mengumumkan alat gambar gerak yang disebut dengan, Kinetoskop, berasal dari bahasa Yunani yakni kineto (pergerakan) dan scopos (untuk melihat).
Edison menugaskan Dickson, salah satu pekerjanya yang paling berbakat, untuk membuat Kinetoskop menjadi kenyataan. Edison akan memberikan modal penuh atas penemuan, tetapi secara konsensus historiografikal penemuan tersebut akan menjadi hasil karyanya. Sementara Edison mencoba memahami ide dan inisiasi percobaan, Dickson diberikan kesempatan bersekolah untuk mempelajari konsep praktikal dalam kenyataan. Laboratorium Edison, meskipun, dipekerjakan sebagai organisasi kolaboratif. Asisten laboratorium ditugaskan untuk mengerjakan berbagai proyek sementara Edison mengawasi dan melibatkan dirinya dan berpartisipasi berbagai tingkatan.
Tahap Pengembangan
Dickson dan kepala asistennya, Charles Brown, pada awalnya membuat pemberhentian kemajuan. Ide Edison meliputi perekaman foto dengan tepat, seluas 1/32 inci, secara langsung di atas sebuah silinder (yang lebih dikenal dengan nama “drum”); terbuat dari material tembus cahaya untuk gambar positif atau kaca untuk gambar negatif, yang terbungkus collodion untuk mengembangkan dasar fotografis. Sebuah silinder audio dapat menyediakan suara yang memiliki sinkronisasi, sementara gambar-gambar berputar, yang dioperasikan dalam skala, dapat dilihat melalui pipa yang berbentuk seperti mikroskop. Ketika tes dilakukan terhadap gambar yang diperbesar dengan skala 1/8 inci, kekesatan emulsi bromida silver pada silinder menjadi tidak dapat diterima secara nyata. Sekitar Juni 1889, laboratorium mulai bekerja dengan kertas seluloid yang sensitif, yang disediakan oleh John Carbutt, kertas ini dapat membungkus silinder, menyediakan perekaman fotografi dengan dasar yang jauh lebih superior. Film pertama yang dibuat untuk Kinetoskop, dan secara nyata menampilkan gambar bergerak yang pernah diproduksi dalam film fotografis di Amerika Serikat, dikenal sebagai Monkeyshines, No. 1, yang mempertunjukkan seorang pekerja laboratorium secara nyata menampilkan fisik wajah seseorang. Usaha melakukan sinkronisasi suara tertinggal di belakang, sementara Dickson juga menguji cakram yang didasarkan pada desain pameran.Proyek ini semakin berkembang, khususnya disebabkan oleh perjalan Edison ke Eropa dan Pameran Universitas di Paris, yang mana ia berangkat pada 2 atau 3 Agustus 1889. Selama dua bulan pelayaran, Edison bertemu dengan sarjana fotografi Etienne Jules Marey, yang menemukan “pistol kronofotografis” —kamera pertama gambar bergerak yang mudah dibawa—yang mana menggunakan sepotong film fleksibel yang dirancang untuk menangkap serangkaian gambar sebanyak dua puluh bingkai per detik.
Pada 20 Mei 1891, demonstrasi publik pertama mengenai bentuk dasar Kinetoskop diberikan di laboratorium yang dihadiri oleh 150 anggota Federasi Nasional Kelompok Wanita. Koran New York Sun menggambarkan kelompok wanita ini melihat “kotak cemara kecil” pada pertemuan tersebut. Di bagian atas kotak terdapat sebuah lubang dengan diameter sekitar saru inci. Melalui lubang tersebut, mereka melihat gambar seorang pria. Gambar ini sungguh mengagumkan. Pria tersebut menunduk dan tersenyum dan melambaikan tangannya dan membuka topinya dengan anggun. Setiap gerakan begitu sempurna.
Seorang pria bernama Dickson; film kecil, dengan durasi tiga detik, saat ini dikenal sebagai Dickson Greeting. Pada 24 Agustus, tiga aplikasi hak paten diajukan: pertama untuk “Kamera Kinetografis”, kedua untuk kamera, dan ketiga untuk “Peralatan Fotografi untuk Objek Bergerak". Aplikasi Kinetoskop juga meliputi perencanaan mengenai sistem proyeksi film stereoskopis yang telah ditinggalkan.
Tahap Akhir
Pada musim gugur 1892, rancangan Kinetoskop telah lengkap. Potongan film, pertama kali diproduksi oleh Eastman, dan kemudian, sejak April 1893, oleh Perusahaan Kamera New York Blair, dengan luas 35 mm (1 3/8 inci); memiliki empat lubang pada setiap sisi. Dalam beberapa tahun, format dasar ini diadopsi secara global sebagai standar film gambar bergerak, yang tetap bertahan hingga saat ini. Publikasi pada Oktober 1892 rangkaian Fonograf Sinematografis dipertontonkan dalam format demonstrasi bahwa Kinetograf telah diakui untuk memproduksi gambar dalam era film yang baru.Pada 14 April 1894, pertunjukan komersil pertama gambar bergerak dalam sejarah diselenggarakan di New York, menggunakan sepuluh Kinetoskop [3]. Instrumental kelahiran budaya gambar hidup Amerika, Kinetoskop juga menjadi pengaruh utama di Eropa; pengaruhnya semakin meluas disebabkan oleh keputusan Edison untuk tidak mempatenkannya, memfasilitasi banyak imitasi dan improvisasi teknologi.
Perkembangan Film
Pertunjukan film perdana Kinetoskop di New York, Amerika Serikat pada tahun 1894 memiliki beberapa penonton setia seperti Elisabeth Maria, serta Lumiere Bersaudara. Dua kakak-beradik Ausguste Lumiere dan Louis Lumiere dari Perancis merupakan pengagum dan penonton setia Kinetoskop. Tapi Lumiere bersaudara bukan sekadar menjadi pengagum dan penonton. Mereka adalah penonton kreatif. Keduanya kemudian merancang peralatan baru yang mengkombinasikan kamera, alat memproses film, dan proyektor menjadi satu. Ausguste Lumiere dan Louis Lumiere menyebut peralatan baru untuk Kinetoskop itu dengan sinematografis (cinematographe)[4]. Peralatan sinematografis ini kemudian dipatenkan pada tahun 1895. Sinematografis memiliki mekanisme gerakan yang tersendat (intermittent movement) yang menyebabkan setiap frame dari film diputar akan berhenti sesaat, dan kemudian disinari lampu proyektor. Di masa awal penemuannya, peralatan sinematografis tersebut telah digunakan untuk merekam adegan-adegan yang singkat. Misalnya, adegan kereta api yang masuk ke stasiun, adegan anak-anak bermain di pantai, di taman, dan sebagainya.Perkembangan gemilang dalam sejarah perjalanan film ditandai dengan langkah Lumiere Bersaudara yang memproyeksikan pertama kali hasil karya mereka ke hadapan publik pada 28 Desember 1895, di ruang bawah tanah sebuah kafe di Paris. Pada hari itu, publik yang menyaksikannya masuk dengan membeli karcis. Tanggal 28 Desember 1895 merupakan hari bersejarah karena merupakan hari kelahiran bioskop yang pertama di dunia. Langkah yang dilakukan Lumiere Bersaudara yakni menghadirkan konsep pertunjukan bioskop atau penayangan film ke layar dalam suatu ruangan yang gelap, pelan tapi pasti, terus berkembang ke berbagai penjuru dunia. Sekitar sepuluh tahun kemudian, tepatnya di tahun 1905, tempat pemutaran film (bioskop) yang disebut Nickelodeon muncul dan berkembang subur di Amerika Serikat. Film-film awal yang dipertontonkan kepada publik adalah film-film berdurasi singkat, sekitar 10 menit. Meskipun waktu putar atau tayangnya singkat, tapi film tersebut sudah menampilkan unsur cerita di dalamnya.
Pada 1895, Edison memperkenalkan kinetopon, yang merupakan penggabungan antara Kinetoskop dengan fonograf silinder [5]. Proyeksi film, yang Edison awalnya meremehkannya tidak bernilai ekonomi, dengan segera menggantikan model pertunjukan Kinetoskop yang individual. Banyak dari sistem preyeksi dibangun oleh perusahaan Edison dengan menggunakan nama Kinetoskop.
0 comments: