Gerakan antimuslim di Myanmar kian mencemaskan
Reporter : Faisal Assegaf
Gerakan antimuslim dikenal dengan nama 969 kian berkembang di seantero Myanmar.
Selebaran, stiker, DVD, dan Internet digunakan untuk menyebarkan kebencian terhadap minoritas muslim di negara itu, seperti dilansir surat kabar The Sydney Morning Herald, Senin (15/4). Stiker 969 makin banyak ditempel di jendela-jendela toko, taksi, dan rumah-rumah di dua kota besar, yakni Yangon dan Mandalay.
Fenomena ini mengancam proses transisi dari rezim junta ke demokrasi. Sebanyak 43 orang tewas dalam kerusuhan bulan lalu antara muslim dan umat Buddha di Meiktila. Presiden Thein Sein telah menyerukan agar kaum Buddha dan muslim yang jumlahnya hanya empat persen dari 60 juta penduduk Myanmar menjaga persatuan.
Presiden Dewan Urusan Islam Myanmar Nyunt Maung Shein mencemaskan masa depan muslim Myanmar. "Bagaimana kami bisa hidup di tengah masyarakat Buddha? Kenapa lelaki, perempuan, anak-anak, dan pelajar kami dibunuh secara brutal?" katanya. "Muslim menjadi kambing hitam dalam periode transisi dari rezim junta brutal."
Gerakan 969 ini dipimpin oleh biksu-biksu radikal. Salah satunya adalah Wiseitta Biwuntha, sering disapa Yang Mulia Wirathu. Biksu yang divonis seperempat abad penjara ini karena menyulut kerusuhan antimuslim dibebaskan tahun lalu bersama ratusan tahanan politik setelah mendapat amnesti.
Wiratu mengklaim dirinya sebagai Bin Ladin asal Burma ini menyebut muslim sebagai musuh. Dia juga menuding muslim Myanmar sumber kejahatan. "Tugas saya adalah menyebarkan misi ini," ujarnya. "Saya hanya bekerja bagi orang-orang percaya terhadap ajaran Buddha."
Myanmar sempat diguncang kerusuhan sektarian antara kaum Buddha dan muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine tahun lalu. Ribuan muslim Rohingya terpaksa mengungsi atau lari ke negara tetangga, seperti Indonesia dan Malaysia.
Selebaran, stiker, DVD, dan Internet digunakan untuk menyebarkan kebencian terhadap minoritas muslim di negara itu, seperti dilansir surat kabar The Sydney Morning Herald, Senin (15/4). Stiker 969 makin banyak ditempel di jendela-jendela toko, taksi, dan rumah-rumah di dua kota besar, yakni Yangon dan Mandalay.
Fenomena ini mengancam proses transisi dari rezim junta ke demokrasi. Sebanyak 43 orang tewas dalam kerusuhan bulan lalu antara muslim dan umat Buddha di Meiktila. Presiden Thein Sein telah menyerukan agar kaum Buddha dan muslim yang jumlahnya hanya empat persen dari 60 juta penduduk Myanmar menjaga persatuan.
Presiden Dewan Urusan Islam Myanmar Nyunt Maung Shein mencemaskan masa depan muslim Myanmar. "Bagaimana kami bisa hidup di tengah masyarakat Buddha? Kenapa lelaki, perempuan, anak-anak, dan pelajar kami dibunuh secara brutal?" katanya. "Muslim menjadi kambing hitam dalam periode transisi dari rezim junta brutal."
Gerakan 969 ini dipimpin oleh biksu-biksu radikal. Salah satunya adalah Wiseitta Biwuntha, sering disapa Yang Mulia Wirathu. Biksu yang divonis seperempat abad penjara ini karena menyulut kerusuhan antimuslim dibebaskan tahun lalu bersama ratusan tahanan politik setelah mendapat amnesti.
Wiratu mengklaim dirinya sebagai Bin Ladin asal Burma ini menyebut muslim sebagai musuh. Dia juga menuding muslim Myanmar sumber kejahatan. "Tugas saya adalah menyebarkan misi ini," ujarnya. "Saya hanya bekerja bagi orang-orang percaya terhadap ajaran Buddha."
Myanmar sempat diguncang kerusuhan sektarian antara kaum Buddha dan muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine tahun lalu. Ribuan muslim Rohingya terpaksa mengungsi atau lari ke negara tetangga, seperti Indonesia dan Malaysia.
[fas]
0 comments: